Indonesia

Katalog ini merupakan panduan yang bermanfaat dalam mengelola kebun kopi di Indonesia yang memuat informasi tentang ciri-ciri utama jenis pohon naungan hingga penggunaan dan manfaatnya, disertai dengan metode pembiakan dan perawatannya.

Mengapa Indonesia?

Indonesia adalah salah satu produsen dan pengekspor kopi terbesar di dunia, dengan hampir 2 juta petani kopi kecil mengelola 1,2 juta hektar lahan kopi. Negara ini juga merupakan salah satu daerah dengan keanekaragaman hayati tumbuhan terbanyak, meskipun banyak spesies tumbuhan dan hewan endemik menghadapi kepunahan karena hilangnya habitat. Kopi ditanam terutama di desa-desa terpencil, dan keberlanjutan sistem pertanian berdampak pada kesejahteraan petani kopi, masyarakat pedesaan, ekonomi, dan lingkungan.

Indonesia terutama menghasilkan dua spesies kopi—arabika (Coffea arabica) dan robusta (Coffea canephora)—yang sering tumbuh di bawah spesies pohon yang berbeda dengan distribusi elevasi dan regional yang berbeda. Robusta, yang memiliki kandungan kafein lebih tinggi tetapi profil rasa kurang diminati dibandingkan Arabika, terkonsentrasi di Sumatera Bagian Selatan, Lampung, dan Bengkulu pada ketinggian berkisar antara 40 hingga 900 meter di atas permukaan laut. Daerah ini menghasilkan ~60% dari seluruh kopi Indonesia. Kopi arabika tumbuh pada ketinggian yang lebih tinggi, ~1.000 hingga 1.500 meter terutama di Sumatera Utara, Aceh, dan Jawa.

Bagaimana pohon peneduh saat ini digunakan di perkebunan kopi Indonesia?

Petani kecil membudidayakan kopi dalam sistem pertanian beragam yang dapat dikategorikan sebagai agroforestri kompleks, agroforestri sederhana, dan monokultur. Agroforestri kompleks, yang mencakup sebagian besar sistem agroforestri tradisional, biasanya mencakup 6 hingga 30 spesies pohon per lahan yang membentuk strata berlapis-lapis dan memberikan keteduhan untuk kopi. Sistem ini biasanya terletak dekat dengan rumah petani, memerlukan tingkat pemeliharaan yang rendah, dan memiliki jarak tanam kopi dan pohon naungan yang tidak teratur. Tanaman tahunan dan abadi tambahan dibudidayakan bersama dengan kopi, dan dapat digunakan untuk penghidupan rumah tangga, untuk keperluan upacara atau keagamaan, atau dijual. Meskipun menghasilkan kopi dengan hasil yang rendah, sistem wanatani yang kompleks dianggap produktif dan berkelanjutan di tingkat petani.

Untuk meningkatkan produksi kopi, sistem agroforestri yang disederhanakan juga diterapkan oleh petani kecil. Sistem ini biasanya memelihara kurang dari 5 spesies pohon naungan per kebun yang membentuk satu strata naungan. Penanaman naungan dan kopi lebih teratur jaraknya dibandingkan dengan sistem agroforestri kompleks dan mendapat manfaat dari pemeliharaan rutin. Kanopi peneduh terutama didominasi oleh pohon pelindung kacang-kacangan (Family Fabaceae) yang mengikat nitrogen, mengatur intensitas sinar matahari terhadap kopi, dan dapat menyediakan pakan ternak. Spesies polongan juga memberikan manfaat keanekaragaman hayati jasa ekosistem dengan menarik dan mempertahankan komunitas serangga, burung, dan mamalia yang dapat membantu mengatur hama. Pohon dengan buah-buahan yang dapat dikonsumsi atau dijual juga termasuk dalam sistem ini.

Meskipun sistem wanatani sederhana dipromosikan secara luas oleh lembaga pemerintah dan LSM, sistem monokultur ("kopi matahari") umum dilakukan di beberapa daerah. Di Sumatera Utara, misalnya, monokultur dipromosikan dan diterapkan untuk memaksimalkan hasil kopi, dan banyak petani mungkin tidak menyadari manfaat pohon pelindung.

Set ulang
Catalog Graphic Indonesia

Katalog Pohon Naungan Indonesia

Katalog ini tersedia dalam bentuk PDF yang dapat dicetak baik dalam Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia
Selengkapnya